-
Ende City Branding, Ende Last Paradise
2016-05-27 07:56:57Ende City Branding: Ende Last Paradise
Oleh : Dian Mochdar, ST.,M.T.
Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
Dosen Program Studi Arsitektur, Universitas Flores
Email: dianflomochdar@gmail.com; Hp:081334898800
Tagline iklan “kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda”, mengingatkan kita bahwa kesan pertama menentukan respon selanjutnya. Tidak berbeda jauh dengan suatu produk atau perusahaan. Suatu kota juga ingin menarik masyarakat untuk hidup, berkembang, berinvestasi dan berkarya, serta menampilkan potensi terbaik untuk memberikan kesan terbaik bagi masyarakat para pengunjung.
Kesan yang baik diupayakan pemerintah dan masyarakat kabupaten Ende untuk mensukseskan Tour de Flores (TdF) sebagai event tahunan sport tourism, berupa lomba balap sepeda internasional yang akan berlangsung pada Mei 2016. TdF mempromosikan potensi pariwisata Flores dan NTT, yang terkenal dengan wisata budaya dan wisata alam berkelas dunia. Sebut saja, pesona Danau Kalimutu di Ende dan Komodo di pulau Komodo. Penyelenggaraan diharapkan mampu menarik investasi, sumber daya manusia potensial, dan pengunjung sebagai modal perkembangan kota.
Daya tarik wisata budaya, wisata alam, dan wisata sejarah menjadi identitas kota Ende. Identitas kota terbentuk oleh elemen-elemen kota yang mengesankan, seperti jalan, tepian air, kawasan kota, monumen kota, dan pusat keramaian (Lynch, 1960). Salah satu elemen kota yang menjadi daya tarik wisata budaya adalah museum tenun ikat. Budaya menenun masyarakat Ende dalam menghasilkan produk kain khas Ende dengan corak dan motif yang berragam, serta desain bangunan museum yang mencirikan identitas rumah adat. Selain itu, elemen kota dari daya tarik wisata alam dijumpai di Danau Kelimutu dalam berbagai bentuk dan model sebagai filosofi masyarakatnya. Beberapa elemen kota yang membentuk kota Ende sebagai kota sejarah Pancasila, yaitu rumah pengasingan Bung Karno, taman perenungan, lapangan Perse, taman Rendo, gedung pertunjukan Imaculata, perpustakaan Nusa Indah, dan Makam Ibu Amsi.
Selain bangunan dan situs bersejarah Bung Karno, di Kota Ende berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan kolonial Belanda. Misalnya, Rumah Jabatan Wakil Bupati Ende (dulu rumah asisten residen pada masa kolonial), Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Ende, Kantor Kecamatan Ende Utara (dulu Kantor Swaparaja Ende), Kantor Polisi Militer, Rumah Jabatan Dandim, KUD Baranuri, Gedung Baranuri, Rumah Bola (dulu tempat bilyard pejabat kolonial, yang sekarang diperuntukkan untuk fasilitas perdagangan dan jasa di sekitar pantai Ria), Kantor Dinas PPO (di Jln. Soekarno, yang dulu kantor Kepala Daerah Flores), dan beberapa bangunan lainnya. Identitas sejarah, budaya, dan alam inilah yang membentuk citra kota Ende. Apa yang harus dilakukan untuk memberikan kesan mendalam dan kuat akan identitas kota dan citra kota Ende?
Satu konsep yang populer digunakan dalam perencanaan kota ialah pemasaran kota (city marketing) melalui penciptaan brand yang dikenal dengan city branding. Konsep city branding mengangkat dan mengembangkan kekhasan kota sebagai brand yang bernilai jual tinggi, Rahmadyani (2011). Tujuannya meningkatkan daya tarik kota yang mampu menggerakkan perkembangan kota untuk mendapat persepsi yang baik sebagai tempat investasi, tujuan wisata, tempat tinggal, dan penyelenggaraan kegiatan/events.
City branding diartikan sebagai proses pembentukan merek suatu kota untuk mempermudah pemilik kota memperkenalkan kotanya kepada target pasar (investor, tourist, talent, event) dengan menggunakan ikon, slogan, eksibisi, serta positioning yang baik. City branding bukan hanya sebuah slogan promosi, tetapi suatu gambaran dari pikiran, perasaan, asosiasi, dan ekspektasi dari benak seseorang melihat atau mendengar sebuah nama, logo, produk layanan, event, ataupun berbagai simbol dan rancangan lain.
City branding melingkupi dua aspek yang harus dikomunikasikan kepada berbagai pihak secara komprehensif, integratif, dan terpadu. Aspek pertama adalah komunikasi city branding (primary communication), meliputi landscape strategies (urban design, public space, public art); behaviour (visi kota, events, kualitas layanan); organisational dan infrastruktur. Aspek kedua berupa publikasi dan periklanan, public relation, desain dan slogan (Kawaratzis (2007).
City branding adalah proses yang bertahap, jangka panjang, dan komperhensif membutuhkan konsistensi untuk mewujudkan city branding yang optimal. Upaya untuk membangun citra kota dilakukan dengan mengidentifikasi elemen-elemen spesifik pembentuk kota, identifikasi proses desain, memahami hubungan antarelemen yang membentuk kota, memahami bagaimana kota “berbicara” melalui desain bangunan, dan lingkungan binaannya, dan memahami respon masyarakat terhadap citra kota tersebut.
Revitalisasi bangunan bersejarah dilakukan untuk mempercantik wajah kota Ende sebagai venue kegiatan budaya yang digelar di Ende dan pembangunan fasilitas menunjang kepariwisataan Ende. Kegiatan TdF sebagai salah satu event akbar skala internasional merupakan salah satu bentuk primary communication dalam kegiatan city branding.
Dengan identitas yang kuat, potensi dan peluang yang terbuka, Ende diharapkan mempunyai city branding sendiri, seperti “Pekalongan World City of Batik”, “Sparkling Surabaya”, “Yogya Never Ending Asia”, dan Bandung Ibukota Asia Afrika. Semoga kota Ende memberikan kesan pertama yang menggoda bagi para peserta TdF, serta pengunjung lainnya agar kembali berkunjung ke Ende dan menjadikan Ende Last Paradise.*
Opini telah diterbitkan pada Rubrik Suara Uniflo, Harian Umum Flores Pos edisi 30 April 2016. Rubrik dikelola oleh UPT Humas dan Publikasi Uniflor
Berita Terkait
- Selamat Jalan Sang Visioner
- Universitas Flores Sebagai Mediator Budaya
- Rancangan Undang-Undang dan Peraturan Daerah
- SBY Percaya Ilmu Hitam?
- Jejak Novel dalam Sastra NTT
- Kompetensi Guru dalam Pembelajaran
- Bersyukur Menjadi Pendidik
- Mata Air: Keniscayaan bagi Pejabat
- PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN HUKUM
- Obligasi dan Pembangunan Daerah
- Pengalaman Mengajar di Australia
- Hukum Berkeadilan Gender
- Perencanaan Desa sebagai Basis Perubahan
- Carilah Perguruan Tinggi yang Legal
- Peraturan Gempa dan Risiko Bangunan
- Strategi Marketing Politik
- Wisuda, Selebrasi Keberhasilan
- Penyair Perintis dalam Sastra NTT
- Judul Skripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas
- Momentum Pemilu 9 April 2014
- Perihal Izin Mendirikan Bangunan
- Wakil Rakyat, Jangan Lupa Janji
- Melacak Jejak Novel dalam Sastra NTT
- Asesmen Unjuk Kerja
- Peran Institusi dalam Pertumbuhan Ekonomi
- Pentingnya Kecerdasan Emosional
- Sastra NTT Sampai Desember 2013
- Mempersoalkan Bahasa Asing di Tempat Wisata
- Rencana Pemugaran Sao Keda di Wolotolo
- "Petite Histoire" Soekarno di Ende
- Peran Uniflor dalam Memasyarakatkan Sastra NTT
- Minat Baca Terkubur Bersama Peti Mati
- "English Day" di Kampus, Mengapa Tidak?
- Tenun Ikat Ende-Lio dan Memori Kolektif
- Tahapan Memugar Sao Keda di Wolotolo
- Artikel Ilmiah bagi Seorang Dosen
- In Memoriam Bapak Ema Gadi Djou
- Selamat Jalan Bapak Ema Gadi Djou
- Guru Kehidupan Itu Telah Pergi
- Bapak Herman Joseph Gadi Djou
- Ejaan dalam Penulisan Artikel Opini
- Kecerdasan Emosional Remaja Putri
- Arsitektur Uniflor Masuk 10 Besar
- Dosen Profesional dan Mutu Akademik
- Korupsi Kemanusiaan
- Menulis Abstrak dan Terjemahannya
- Membiasakan Kebenaran, Bukan Membenarkan Kebiasaan
- Kemitraan dalam Pendidikan
- Kuliah Bahasa, Kuliah Menulis
- Internet dan Anak Usia Dini
- Pengawal Inspirasi Pancasila
- Lokalitas dalam Sastra NTT
- Dampak Teknologi Informasi bagi Kaum Remaja
- Universitas Flores sebagai Mediator Budaya
- Naskah Akademik Rancangan UU dan Perda
- Apakah SBY Percaya Ilmu Hitam?
- Sastra NTT dalam Kajian Mahasiswa Uniflor
- Motivasi Mengajar yang Jitu
- Daya Sihir Artikel Opini
- Kembalikan Lapangan Perse Kami
- Bermain Drama: Audiovisualisasi Naskah Pentas
- Membangun Ende dengan "Hobi"
- Standard Setting Kompetensi Belajar
- Giat Bersastra sebagai Revolusi Mental
- Kajian Naskah Akademik Penanaman Modal
- Moral Responsibility of Resolution
- Bengkel Sejarah: Rumah Guru Sejarah
- Dari Taman Remaja ke Taman Renungan Bung Karno
- Tahapan Menulis Artikel Opini
- Tata Zonasi Permukiman Adat Desa Nggela
- Reformasi Birokrasi untuk Kepentingan Rakyat
- Pendidikan Nilai Membentuk Karakter Siswa
- Dicari, Seniman Drama dan Film
- Pisau Itu Bernama Media Sosial
- Modal Sosial Membangun Masyarakat Desa
- Mengurus Akta Jual Beli Tanah
- Sejarah Awal Sastra NTT
- Jenis-Jenis Artikel Opini
- Koperasi sebagai Sokoguru Perekonomian
- Memuliakan Tulisan
- Membangun Kultur Damai di Sekolah
- Peran Serta Masyarakat dalam Pembentukan Hukum
- Membaca sebagai Proses Belajar Mandiri
- Debat Sastra Berujung Pidana?
- Bergesernya Nilai Monumental Kota Ende
- Fenomena Tanah Longsor
- Alat Bukti pada Hukum Acara PTUN
- Awal Mula Agama Katolik di Flores Lembata
- Koperasi Kredit Pengupas Kemiskinan
- Kunci Sukses Usaha Rumah Makan
- Sastra dan Kasus Perdagangan Manusia
- Memilih Perguruan Tinggi yang Legal
- Manusia Keturunan Kera?
- Olahraga Futsal di Kota Ende
- Apa Beda MEA dan "Mea"?
- Mahasiswa Uniflor dan Budaya Membaca
- Lera Wulan Tana Ekan
- Dialektologi, Titian Menuju Identitas Lokal
- Jalan Soekarno di Dunia
- Tradisi Lisan, Wujud Tenunan Kehidupan Manusia
- Menyelamatkan Roh Bahasa Ritual
- Sagi Bukan Budaya Kekerasan
- Koperasi Hadapi Tantangan MEA
- Soekarno dan Komunisme
- Menenun Dalam Arsitektur
- Memahami Arah Pendidikan dari Kampung Menuju ke Kampung
- Intip Biografi Intelektual Dr. Dra. Imaculata Fatima, M.M.A.
- Ende City Branding, Ende Last Paradise
- Cinta Sayur Lodeh, Soekarno dan Hartini
- Menakar Identitas Kolektif (Boruk Tana Bojang)
- Pendidikan Cerdas Orang Yahudi
- Bahasa Lokal di Flores Lembata
- Sastra Anak sebagai Pembentuk Karakter Anak
- Rasionalitas Otoritas Negara
- Wacana Penguasa
- Absurditas Sejarah Kuasa
- Bahasa Ibu dan Pembentukan Karakter
- Sarjana dan Return on investment
- Makna Akreditasi B Universitas Flores
- Mengurus Sertifikat Tanah
- Sarjana Bervisi Entrepreneurship
- Merawat Bahasa Indonesia Sebagai Jiwa Bangsa
- Prisma Gagasan Generasi Muda
- Doa untuk Keselamatan Jiwa Atau Keselamatan Arwah ?
- Membaca: Sumber Energi Menulis
- Sejarah Kata Anda
- Menghindari Erosi Kebangsaan Melalui Jalan Budaya
- Natal: Inkarnasi Logos
- Unsur 5W+1H dalam Penulisan Berita
- Merawat Sejarah Monumental
- Mencerna Fenomena Hoax
- Melawan Praktik Kekuasaan Demokrasi Ketidakadilan
- Artikel Ilmiah untuk Jurnal Ilmiah
- Kliping, Sarana Meningkatkan Minat Baca
- Filosofi Taman Pendidikan
- Mengelola Pantai Ria di Kota Ende
- Merawat NKRI
- Jejaring Nilai Pendidikan Karakter
- Konflik Sosial Antara: Kita, Kami, Kamu, dan Mereka
- 2 MEI
- Polemik Logika Sosiologi
- Politik Identitas Memicu Konflik Hirizontal
- Jasa Kependidikan Mesti Bergayut Dengan Dunia Kerja
- Mencapai Kedaulatan Rakyat (Suatu Refleksi Sejarah Pembangunan di Daerah)
- Tips Bagi Peserta KKN
- 2 Mei
- Pendaran Energi Kejeniusan Lokal
- Mengapa Pendidikan Kita Selalu Tertinggal?
- Kode Semiotik Dalam Permainan Ceha Kila
- Universitas Flores: Rahim Persemaian Nilai
- Kepedulian Mengajar dan Mengajarkan Kepedulian
- Budaya Membaca Teks Ilmiah
- JUAL BELI TANAH TAMPA SERTIFIKAT
- PARADIGMA PEMBELAJARAN K - 13
- Merantau
- Wisuda : Transformasi Dimensi Ritualistik ke Demensi Kompetensi
- Kritik Atas Politik Misogini
- Prosedur Mengurus Sertifikat Tanah
- Evolusi Ekologi Kota Ende
- Tindak Penipuan Melalui Komputerisasi
- Pariwisata Alternatif di Kabupaten Ende
- kUASA kATA
- Bahasa Dan Sastra Sebagai Jatidiri Bangsa
- Kritik Sastra Indonesia Dalam Dua Arus
- Penyimpangan Fungsi Trotoar
- Betonisasi di Tempat Wisata:Masalah Atau Solusi
- Memoria Opus Magnum Etnolog Verheijen
- Minat Membaca Dan Menulis Mahasiswa Uniflor
- Wisata Pangan Lokal
- Pilkada Ende: Menuju Bonum Commune
- Unsur Manajemen Dalam Visi dan Misi Paslon Pilkada
- Pilkada dan Olahraga
- Membangun Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa