-
Jejaring Nilai Pendidikan Karakter
2017-04-06 07:26:23Jejaring Nilai Pendidikan Karakter
Oleh Alexander Bala Gawen
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Email: abggawen@yahoo.com; Hp 081353989718Jargon “pendidikan untuk semua”, melalui program Wajib Belajar menjadi satu program pendidikan yang menghadirkan rona dan harapan baru bagi gelora pendidikan Indonesia. Saat Indonesia masih menjadi wilayah jajahan dan eksploitasi kaum kolonialisme pada masa prakemerdekaan, pendidikan menjadi sebuah wacana pemikiran dasar untuk melahirkan kemerdekaan bagi nusantara. Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya, sejak saat itu pula pendidikan ditegaskan menjadi sebuah ‘cagar kehidupan bangsa’ yang dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Pada era selanjutnya, pendidikan tetap menjadi bagian dari program-program nasional. Seiring tumbuh dan berkembangnya globalisasi, tuntutan perbaikan taraf kehidupan bangsa melalui pendidikan menjadi agenda yang sangat mendesak. Pemerintah bahkan mencanangkan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun bagi rakyat Indonesia. Era berganti, kepemimpinan baru mengambil estafet, pendidikan pun tetap menjadi pekerjaan rumah yang cukup rumit.
Setelah perekonomian Indonesia terpuruk akibat krisis moneter, cita-cita, dan harapan kolektif rakyat untuk memeratakan akses pendidikan demi peningkatan taraf kemakmuran bangsa menjadi semakin “jauh panggang dari api”. Betapa tidak, untuk makan saja susah, apalagi untuk menyekolahkan anak. Indonesia kembali menata program-program perbaikan di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Terseok-seok, namun tentu saja perbaikan sektor ekonomi yang menjadi prioritas karena sekali lagi pendidikan juga butuh ongkos.
Aspek pendidikan untuk semua (PUS) mengandaikan bahwa setiap anak usia sekolah harus mengikuti pendidikan formal. Semua anggota masyarakat dapat bersekolah dan mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan berkelanjutaan mensyaratkan guru agar memanfaatkan pemikiran-pemikiran baru dalam pembelajaran, misalnya hubungan antara otak dan belajar, bervariasinya kecerdasan peserta didik, hingga bagaimana guru sebagai arsitek pembelajaran mendesain dan merekonstruksi pembelajaran di kelas berdasarkan penemuan-penemuan baru pembelajaran, seperti blended learning dan mindful learning. Orientasi pembelajaran pun menekankan sisi karakter peserta didik.
Determinan aspek ini pada upaya rekonstruksi pendidikan dengan mengangkat nilai-nilai budaya dan penguatan karakter peserta didik. Rekonstruksi model ini mendapat fokus dan perhatiannya pada pendidikan dasar dan menengah. Rekonstruksi ini bertujuan memberdayakan masyarakat dalam menyelesaikan masalahnya sendiri di tengah menguatnya aneka krisis kehidupan modern dengan perilaku hidup hedonisme dan pragmatisme. Dibutuhkan penguatan jaringan kerja sama, dan kemauan segenap pemangku kepentingan dalam masyarakat berdasarkan kekuatan khazanah kultural masyarakat itu sendiri.
Fokus dan perhatian aspek pendidikan mengangkat nilai-nilai budaya dan penguatan karakter para peserta didik, sejalan dengan kemajuan dunia dan pembangunan makro di abad XXI. Kemendikbud (2017) dalam Program Penguatan Pendidikan Karekter (PPK) bagi pendidikan sekolah dasar dan menengah merumuskan enam kecenderungan di abad XXI ini; (a) berlangsungnya revolusi digital yang luar biasa yang mengubah kebudayaan, peradaban, dan sendi-sendi kehidupan, termasuk pendidikan, (b) terjadinya integrasi belahan-belahan dunia akibat internasionalisasi, globalisasi, hubungan-hubungan teknologi komunikasi dan teknologi transportasi, (c) berlangsungnya pendataran dunia (the world is flat) sebagai akibat perubahan dimensi kehidupan manusia, terutama mengglobalnya negara, korporasi, dan individu, (d) sangat cepatnya perubahan dunia mengakibatkan ruang tampak menyempit, waktu terasa ringkas, dan keusangan segala sesuatu cepat terjadi, (e) semakin tumbuhnya masyarakat padat pengetahuan (knowledge society), masyarakat informasi (information society), dan masyarakat jaringan (network society), dan (f) makin tegasnya fenomena abad kreatif beserta masyarakat kreatif yang menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai modal penting bagi individu, perusahan, dan masyarakat. Kecenderungan-kecenderungan perlu diantisipasi melalui pembelajaran budi pekerti dan karakter di sekolah.
Sehubungan dengan orientasi pendidikan pada upaya rekonstruksi, dan penguatan pendidikan karakter, maka Kemendikbud (2017) merumuskan pula lima nilai utama dalam rangka membentuk jejaring nilai sebagai prioritas gerakan ini. Pertama, nilai religius. Nilai religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan agama dan kepercayaan yang dianut, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agam lain, yang dikembangkan melalui tiga dimensi pokok, yakni hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta. Kedua, nilai nasionalis. Nilai nasionalis tercermin dalam cara berpikir, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa dengan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri.
Ketiga, nilai mandiri. Nilai mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain, dan menggunakan tenaga, pikiran, daya juang untuk merealisasikan harapan dan cita-cita. Keempat, nilai gotong royang. Nilai gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama, dan menjalin komnunikasi dan persahabatan. Kelima, nilai integritas. Nilai integritas mendasari perilaku siswa pada usaha atau upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Jika membebankan guru untuk melaksanakannya sendiri, maka jejaring pendidikan karakter tidak berhasil. Namun, jika orang tua dan masyarakat ikut memberikan andil yang konstruktif, maka jejaring ini mendapat hasil yang positif dalam satu jejaring yang bermakna*
Berita Terkait
- Selamat Jalan Sang Visioner
- Universitas Flores Sebagai Mediator Budaya
- Rancangan Undang-Undang dan Peraturan Daerah
- SBY Percaya Ilmu Hitam?
- Jejak Novel dalam Sastra NTT
- Kompetensi Guru dalam Pembelajaran
- Bersyukur Menjadi Pendidik
- Mata Air: Keniscayaan bagi Pejabat
- PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN HUKUM
- Obligasi dan Pembangunan Daerah
- Pengalaman Mengajar di Australia
- Hukum Berkeadilan Gender
- Perencanaan Desa sebagai Basis Perubahan
- Carilah Perguruan Tinggi yang Legal
- Peraturan Gempa dan Risiko Bangunan
- Strategi Marketing Politik
- Wisuda, Selebrasi Keberhasilan
- Penyair Perintis dalam Sastra NTT
- Judul Skripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas
- Momentum Pemilu 9 April 2014
- Perihal Izin Mendirikan Bangunan
- Wakil Rakyat, Jangan Lupa Janji
- Melacak Jejak Novel dalam Sastra NTT
- Asesmen Unjuk Kerja
- Peran Institusi dalam Pertumbuhan Ekonomi
- Pentingnya Kecerdasan Emosional
- Sastra NTT Sampai Desember 2013
- Mempersoalkan Bahasa Asing di Tempat Wisata
- Rencana Pemugaran Sao Keda di Wolotolo
- "Petite Histoire" Soekarno di Ende
- Peran Uniflor dalam Memasyarakatkan Sastra NTT
- Minat Baca Terkubur Bersama Peti Mati
- "English Day" di Kampus, Mengapa Tidak?
- Tenun Ikat Ende-Lio dan Memori Kolektif
- Tahapan Memugar Sao Keda di Wolotolo
- Artikel Ilmiah bagi Seorang Dosen
- In Memoriam Bapak Ema Gadi Djou
- Selamat Jalan Bapak Ema Gadi Djou
- Guru Kehidupan Itu Telah Pergi
- Bapak Herman Joseph Gadi Djou
- Ejaan dalam Penulisan Artikel Opini
- Kecerdasan Emosional Remaja Putri
- Arsitektur Uniflor Masuk 10 Besar
- Dosen Profesional dan Mutu Akademik
- Korupsi Kemanusiaan
- Menulis Abstrak dan Terjemahannya
- Membiasakan Kebenaran, Bukan Membenarkan Kebiasaan
- Kemitraan dalam Pendidikan
- Kuliah Bahasa, Kuliah Menulis
- Internet dan Anak Usia Dini
- Pengawal Inspirasi Pancasila
- Lokalitas dalam Sastra NTT
- Dampak Teknologi Informasi bagi Kaum Remaja
- Universitas Flores sebagai Mediator Budaya
- Naskah Akademik Rancangan UU dan Perda
- Apakah SBY Percaya Ilmu Hitam?
- Sastra NTT dalam Kajian Mahasiswa Uniflor
- Motivasi Mengajar yang Jitu
- Daya Sihir Artikel Opini
- Kembalikan Lapangan Perse Kami
- Bermain Drama: Audiovisualisasi Naskah Pentas
- Membangun Ende dengan "Hobi"
- Standard Setting Kompetensi Belajar
- Giat Bersastra sebagai Revolusi Mental
- Kajian Naskah Akademik Penanaman Modal
- Moral Responsibility of Resolution
- Bengkel Sejarah: Rumah Guru Sejarah
- Dari Taman Remaja ke Taman Renungan Bung Karno
- Tahapan Menulis Artikel Opini
- Tata Zonasi Permukiman Adat Desa Nggela
- Reformasi Birokrasi untuk Kepentingan Rakyat
- Pendidikan Nilai Membentuk Karakter Siswa
- Dicari, Seniman Drama dan Film
- Pisau Itu Bernama Media Sosial
- Modal Sosial Membangun Masyarakat Desa
- Mengurus Akta Jual Beli Tanah
- Sejarah Awal Sastra NTT
- Jenis-Jenis Artikel Opini
- Koperasi sebagai Sokoguru Perekonomian
- Memuliakan Tulisan
- Membangun Kultur Damai di Sekolah
- Peran Serta Masyarakat dalam Pembentukan Hukum
- Membaca sebagai Proses Belajar Mandiri
- Debat Sastra Berujung Pidana?
- Bergesernya Nilai Monumental Kota Ende
- Fenomena Tanah Longsor
- Alat Bukti pada Hukum Acara PTUN
- Awal Mula Agama Katolik di Flores Lembata
- Koperasi Kredit Pengupas Kemiskinan
- Kunci Sukses Usaha Rumah Makan
- Sastra dan Kasus Perdagangan Manusia
- Memilih Perguruan Tinggi yang Legal
- Manusia Keturunan Kera?
- Olahraga Futsal di Kota Ende
- Apa Beda MEA dan "Mea"?
- Mahasiswa Uniflor dan Budaya Membaca
- Lera Wulan Tana Ekan
- Dialektologi, Titian Menuju Identitas Lokal
- Jalan Soekarno di Dunia
- Tradisi Lisan, Wujud Tenunan Kehidupan Manusia
- Menyelamatkan Roh Bahasa Ritual
- Sagi Bukan Budaya Kekerasan
- Koperasi Hadapi Tantangan MEA
- Soekarno dan Komunisme
- Menenun Dalam Arsitektur
- Memahami Arah Pendidikan dari Kampung Menuju ke Kampung
- Intip Biografi Intelektual Dr. Dra. Imaculata Fatima, M.M.A.
- Ende City Branding, Ende Last Paradise
- Cinta Sayur Lodeh, Soekarno dan Hartini
- Menakar Identitas Kolektif (Boruk Tana Bojang)
- Pendidikan Cerdas Orang Yahudi
- Bahasa Lokal di Flores Lembata
- Sastra Anak sebagai Pembentuk Karakter Anak
- Rasionalitas Otoritas Negara
- Wacana Penguasa
- Absurditas Sejarah Kuasa
- Bahasa Ibu dan Pembentukan Karakter
- Sarjana dan Return on investment
- Makna Akreditasi B Universitas Flores
- Mengurus Sertifikat Tanah
- Sarjana Bervisi Entrepreneurship
- Merawat Bahasa Indonesia Sebagai Jiwa Bangsa
- Prisma Gagasan Generasi Muda
- Doa untuk Keselamatan Jiwa Atau Keselamatan Arwah ?
- Membaca: Sumber Energi Menulis
- Sejarah Kata Anda
- Menghindari Erosi Kebangsaan Melalui Jalan Budaya
- Natal: Inkarnasi Logos
- Unsur 5W+1H dalam Penulisan Berita
- Merawat Sejarah Monumental
- Mencerna Fenomena Hoax
- Melawan Praktik Kekuasaan Demokrasi Ketidakadilan
- Artikel Ilmiah untuk Jurnal Ilmiah
- Kliping, Sarana Meningkatkan Minat Baca
- Filosofi Taman Pendidikan
- Mengelola Pantai Ria di Kota Ende
- Merawat NKRI
- Jejaring Nilai Pendidikan Karakter
- Konflik Sosial Antara: Kita, Kami, Kamu, dan Mereka
- 2 MEI
- Polemik Logika Sosiologi
- Politik Identitas Memicu Konflik Hirizontal
- Jasa Kependidikan Mesti Bergayut Dengan Dunia Kerja
- Mencapai Kedaulatan Rakyat (Suatu Refleksi Sejarah Pembangunan di Daerah)
- Tips Bagi Peserta KKN
- 2 Mei
- Pendaran Energi Kejeniusan Lokal
- Mengapa Pendidikan Kita Selalu Tertinggal?
- Kode Semiotik Dalam Permainan Ceha Kila
- Universitas Flores: Rahim Persemaian Nilai
- Kepedulian Mengajar dan Mengajarkan Kepedulian
- Budaya Membaca Teks Ilmiah
- JUAL BELI TANAH TAMPA SERTIFIKAT
- PARADIGMA PEMBELAJARAN K - 13
- Merantau
- Wisuda : Transformasi Dimensi Ritualistik ke Demensi Kompetensi
- Kritik Atas Politik Misogini
- Prosedur Mengurus Sertifikat Tanah
- Evolusi Ekologi Kota Ende
- Tindak Penipuan Melalui Komputerisasi
- Pariwisata Alternatif di Kabupaten Ende
- kUASA kATA
- Bahasa Dan Sastra Sebagai Jatidiri Bangsa
- Kritik Sastra Indonesia Dalam Dua Arus
- Penyimpangan Fungsi Trotoar
- Betonisasi di Tempat Wisata:Masalah Atau Solusi
- Memoria Opus Magnum Etnolog Verheijen
- Minat Membaca Dan Menulis Mahasiswa Uniflor
- Wisata Pangan Lokal
- Pilkada Ende: Menuju Bonum Commune
- Unsur Manajemen Dalam Visi dan Misi Paslon Pilkada
- Pilkada dan Olahraga
- Membangun Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa