-
Universitas Flores: Rahim Persemaian Nilai
2017-08-31 12:27:06Universitas Flores:
Rahim Persemaian Nilai
Oleh Alexander Bala Gawen
Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
E-mail: abggawen@yahoo.com; Hp: 081353989718
Tentang pembangunan sumber daya pendidikan sebagai pilar kemajuan suatu bangsa, seorang Napaleon Bonaparte berpendapat bahwa untuk mendapat suatu generasi masa depan yang sungguh baik dan bermoral, didiklah ibunya, karena ibulah yang paling dekat dengan anak. Dalam konteks demikianlah, tulisan ini meletakkan Universitas Flores (Uniflor) sebagai ibu, “rahim” persemaian ilmu dan nilai. “Rahim” karena lembaga ini identik dengan ibu, sosok yang senantiasa terus melahirkan manusia baru. Tanpa ibu, manusia baru tak kan pernah ada. Begitu juga lembaga Uniflor adalah ibu yang tak pernah akan berhenti mengemban tugas reproduksi. Melahirkan generasi baru, mediator ilmu dan nilai baru bagi masyarakat luas. Untuk itulah Uniflor hadir di bumi ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan pendidikan di tanah Flores secara umum, dan Ende khususnya dirintis oleh para misionaris Katolik Portugis dan Belanda. Kilas ringkas ini menampilkan “Ende dalam Flores”. Artinya, Ende tidak sebagai tempat yang berdiri sendiri, namun Ende dibaca sebagai satu-kesatuan Flores. Dengan demikian, Uniflor di Ende berada dalam satu garis lintasan perkembangan pendidikan di Flores.
Misi “menaklukan tanah Flores” sebagai titik pengabdian para misionaris Katolik untuk penyebaran agama juga dilandasi oleh misi kerasulan awami untuk pembebasan umat akibat keterbelengguan ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan, kemelaratan, kebodohan, kekafiran, bahkan peperangan antarsuku. Tahun 1895 Pemerintah Hindia Belanda memberikan wewenang yang luas kepada para misionaris Katolik untuk menangani segala urusan pendidikan dengan memberikan subsidi pendidikan sebagaimana yang telah digulirkan tahun 1890. Kebijakan inilah menjadi daya dorong perluasan akses pendidikan di Flores (Pater Lamber Lame Uran. Tanpa tahun. Sejarah Perkembangan Misi Flores).
Membicarakan Uniflor mendorong kita menengok sosok “Sang Visioner” H.J. Gadi Djou, Drs.Ekon. Menghayati filosofi Cina, Sang Visioner sampai pada kekuatan visi aforisme Kon Fu Tse, ahli filsafat Cina yang mengatakan “kalau ingin membangun masyarakat dalam waktu satu tahun, maka tanamlah padi; kalau ingin membangun masyarakat dalam waktu sepuluh tahun, maka tanamlah pohon; dan kalau ingin membangun masyarakat dalam waktu seratus tahun, maka didiklah rakyat” (via H.J Gadi Djou, Uniflor: Sejarah Berdirinya, Perjuangannya, dan Misi Depan Bangsa, Pena Persada Offset Yogyakarta, 2005). Seluruh pergumulan yang intens Sang Visioner atas filosofi Kon Fu Tse di atas terarah pada misi penyelamatan anak bangsa dari belenggu keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan dalam dunia pendidikan.
Benih dan inspirasi misi pendidikan tersebut mulai terinkubasi berkenaan dengan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Nomor 162/1967 untuk menutup semua cabang Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia, termasuk FKIP Undana Cabang Ende telah menimbulkan “keresahan” di kalangan masyarakat Ende, dan Flores pada umumnya. Keputusan ini menjadi “daya dorong” untuk menggagas dan melahirkan sebuah lembaga pendidikan tinggi di Ende. Jadilah “19 Juli 1980”, lahirlah “Universitas Flores” dengan Rektor pertama H.J. Gadi Djou, Drs.Ekon. Empat dosen negeri Undana diperbantukan di Uniflor Ende, yakni Drs. Sebastianus Ndate, Drs. Remigius Dewa, Drs. Frans Fernandes, dan Drs. Yosef Beda Kedang (Ibid).
Uniflor mulai menerima mahasiswa baru Tahun Ajaran 1980/1981 pada tiga fakultas, yakni Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Keguruan. OSPEK pertama dilaksanakan pada 18 Agustus 1982 bertempat di Lapangan Perse Ende dan berakhir pada 22 Agustus 1982 dengan perayaan misa. Perkuliahan menggunakan bekas kantor Bupati Ende di Jalan Soekarno sampai tahun 2005. Tanggal 30 Maret 1982, Dr. JB Sumarlin, Menteri Penertiban Aparatur Negara mengunjungi Uniflor dan menjadi Inspektur Upacara pada apel pagi bersama mahasiswa di kampus Uniflor, Jalan Soekarno. Dalam masa awal, Universitas Flores berada di bawah Kopertis VI Surabaya. Evolusi waktu seluruh perguruan tinggi di NTT dipindahkan ke Kopertis Wilayah VIII, nomor 280/KOP-VIII/B.02/1984 tentang Ijin Persetujuan Sementara kepada Universitas Flores bagi FH, FKIP, dan Fakultas Teknik.
Status Terdaftar oleh Mendikbud Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, Nomor 0134/O/1985, 13 Maret 1985, diserahkan oleh Kopertis VIII Prof Dr. Ida Bagus Oka, pada Lustrum Uniflor 19 Juli 1985. Tanggal 9 April 1988, Uniflor melaksanakan Wisuda Perdana Sarjana sebanyak 47 orang dengan perincian: (a) Prodi PMP dan Kewarganegaraan sebanyak 18 orang; (b) Prodi Pendidikan Sejarah sebanyak 2 orang; (c) Pendidikan Dunia Usaha sebanyak 8 orang; dan (d) Prodi Psikologi dan Bimbingan sebanyak 19 orang. Status DIAKUI baru didapat pada tahun 1993 melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 242/DIKTI/Kep/1993, tanggal 1 Mei 1993. Di ulang tahunnya yang ke-37 ini, satu lagi program studi baru yang mendapat ijin penyelenggaraan perkuliahan, yakni Program Studi Pendidikan Biologi. Sehingga, Uniflor telah memiliki tujuh fakultas dengan enam belas program studi.
Rahim Uniflor dalam usia yang ke-37 tahun ini telah “melahirkan” ribuan anak muda baru yang tengah mengabdi di seantero negri ini. Mereka menempati berbagai karya dan profesi di bidangnya. Dari merekalah, nilai-nilai lembaga ini dibawa dan ditebar untuk membantu masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Terutama, visi sebagai “mediator budaya”. Kita berharap, di usianya yang ke-37, Uniflor tetap tumbuh konsisten berjuang mencerdaskan anak bangsa. *
Berita Terkait
- Selamat Jalan Sang Visioner
- Universitas Flores Sebagai Mediator Budaya
- Rancangan Undang-Undang dan Peraturan Daerah
- SBY Percaya Ilmu Hitam?
- Jejak Novel dalam Sastra NTT
- Kompetensi Guru dalam Pembelajaran
- Bersyukur Menjadi Pendidik
- Mata Air: Keniscayaan bagi Pejabat
- PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN HUKUM
- Obligasi dan Pembangunan Daerah
- Pengalaman Mengajar di Australia
- Hukum Berkeadilan Gender
- Perencanaan Desa sebagai Basis Perubahan
- Carilah Perguruan Tinggi yang Legal
- Peraturan Gempa dan Risiko Bangunan
- Strategi Marketing Politik
- Wisuda, Selebrasi Keberhasilan
- Penyair Perintis dalam Sastra NTT
- Judul Skripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas
- Momentum Pemilu 9 April 2014
- Perihal Izin Mendirikan Bangunan
- Wakil Rakyat, Jangan Lupa Janji
- Melacak Jejak Novel dalam Sastra NTT
- Asesmen Unjuk Kerja
- Peran Institusi dalam Pertumbuhan Ekonomi
- Pentingnya Kecerdasan Emosional
- Sastra NTT Sampai Desember 2013
- Mempersoalkan Bahasa Asing di Tempat Wisata
- Rencana Pemugaran Sao Keda di Wolotolo
- "Petite Histoire" Soekarno di Ende
- Peran Uniflor dalam Memasyarakatkan Sastra NTT
- Minat Baca Terkubur Bersama Peti Mati
- "English Day" di Kampus, Mengapa Tidak?
- Tenun Ikat Ende-Lio dan Memori Kolektif
- Tahapan Memugar Sao Keda di Wolotolo
- Artikel Ilmiah bagi Seorang Dosen
- In Memoriam Bapak Ema Gadi Djou
- Selamat Jalan Bapak Ema Gadi Djou
- Guru Kehidupan Itu Telah Pergi
- Bapak Herman Joseph Gadi Djou
- Ejaan dalam Penulisan Artikel Opini
- Kecerdasan Emosional Remaja Putri
- Arsitektur Uniflor Masuk 10 Besar
- Dosen Profesional dan Mutu Akademik
- Korupsi Kemanusiaan
- Menulis Abstrak dan Terjemahannya
- Membiasakan Kebenaran, Bukan Membenarkan Kebiasaan
- Kemitraan dalam Pendidikan
- Kuliah Bahasa, Kuliah Menulis
- Internet dan Anak Usia Dini
- Pengawal Inspirasi Pancasila
- Lokalitas dalam Sastra NTT
- Dampak Teknologi Informasi bagi Kaum Remaja
- Universitas Flores sebagai Mediator Budaya
- Naskah Akademik Rancangan UU dan Perda
- Apakah SBY Percaya Ilmu Hitam?
- Sastra NTT dalam Kajian Mahasiswa Uniflor
- Motivasi Mengajar yang Jitu
- Daya Sihir Artikel Opini
- Kembalikan Lapangan Perse Kami
- Bermain Drama: Audiovisualisasi Naskah Pentas
- Membangun Ende dengan "Hobi"
- Standard Setting Kompetensi Belajar
- Giat Bersastra sebagai Revolusi Mental
- Kajian Naskah Akademik Penanaman Modal
- Moral Responsibility of Resolution
- Bengkel Sejarah: Rumah Guru Sejarah
- Dari Taman Remaja ke Taman Renungan Bung Karno
- Tahapan Menulis Artikel Opini
- Tata Zonasi Permukiman Adat Desa Nggela
- Reformasi Birokrasi untuk Kepentingan Rakyat
- Pendidikan Nilai Membentuk Karakter Siswa
- Dicari, Seniman Drama dan Film
- Pisau Itu Bernama Media Sosial
- Modal Sosial Membangun Masyarakat Desa
- Mengurus Akta Jual Beli Tanah
- Sejarah Awal Sastra NTT
- Jenis-Jenis Artikel Opini
- Koperasi sebagai Sokoguru Perekonomian
- Memuliakan Tulisan
- Membangun Kultur Damai di Sekolah
- Peran Serta Masyarakat dalam Pembentukan Hukum
- Membaca sebagai Proses Belajar Mandiri
- Debat Sastra Berujung Pidana?
- Bergesernya Nilai Monumental Kota Ende
- Fenomena Tanah Longsor
- Alat Bukti pada Hukum Acara PTUN
- Awal Mula Agama Katolik di Flores Lembata
- Koperasi Kredit Pengupas Kemiskinan
- Kunci Sukses Usaha Rumah Makan
- Sastra dan Kasus Perdagangan Manusia
- Memilih Perguruan Tinggi yang Legal
- Manusia Keturunan Kera?
- Olahraga Futsal di Kota Ende
- Apa Beda MEA dan "Mea"?
- Mahasiswa Uniflor dan Budaya Membaca
- Lera Wulan Tana Ekan
- Dialektologi, Titian Menuju Identitas Lokal
- Jalan Soekarno di Dunia
- Tradisi Lisan, Wujud Tenunan Kehidupan Manusia
- Menyelamatkan Roh Bahasa Ritual
- Sagi Bukan Budaya Kekerasan
- Koperasi Hadapi Tantangan MEA
- Soekarno dan Komunisme
- Menenun Dalam Arsitektur
- Memahami Arah Pendidikan dari Kampung Menuju ke Kampung
- Intip Biografi Intelektual Dr. Dra. Imaculata Fatima, M.M.A.
- Ende City Branding, Ende Last Paradise
- Cinta Sayur Lodeh, Soekarno dan Hartini
- Menakar Identitas Kolektif (Boruk Tana Bojang)
- Pendidikan Cerdas Orang Yahudi
- Bahasa Lokal di Flores Lembata
- Sastra Anak sebagai Pembentuk Karakter Anak
- Rasionalitas Otoritas Negara
- Wacana Penguasa
- Absurditas Sejarah Kuasa
- Bahasa Ibu dan Pembentukan Karakter
- Sarjana dan Return on investment
- Makna Akreditasi B Universitas Flores
- Mengurus Sertifikat Tanah
- Sarjana Bervisi Entrepreneurship
- Merawat Bahasa Indonesia Sebagai Jiwa Bangsa
- Prisma Gagasan Generasi Muda
- Doa untuk Keselamatan Jiwa Atau Keselamatan Arwah ?
- Membaca: Sumber Energi Menulis
- Sejarah Kata Anda
- Menghindari Erosi Kebangsaan Melalui Jalan Budaya
- Natal: Inkarnasi Logos
- Unsur 5W+1H dalam Penulisan Berita
- Merawat Sejarah Monumental
- Mencerna Fenomena Hoax
- Melawan Praktik Kekuasaan Demokrasi Ketidakadilan
- Artikel Ilmiah untuk Jurnal Ilmiah
- Kliping, Sarana Meningkatkan Minat Baca
- Filosofi Taman Pendidikan
- Mengelola Pantai Ria di Kota Ende
- Merawat NKRI
- Jejaring Nilai Pendidikan Karakter
- Konflik Sosial Antara: Kita, Kami, Kamu, dan Mereka
- 2 MEI
- Polemik Logika Sosiologi
- Politik Identitas Memicu Konflik Hirizontal
- Jasa Kependidikan Mesti Bergayut Dengan Dunia Kerja
- Mencapai Kedaulatan Rakyat (Suatu Refleksi Sejarah Pembangunan di Daerah)
- Tips Bagi Peserta KKN
- 2 Mei
- Pendaran Energi Kejeniusan Lokal
- Mengapa Pendidikan Kita Selalu Tertinggal?
- Kode Semiotik Dalam Permainan Ceha Kila
- Universitas Flores: Rahim Persemaian Nilai
- Kepedulian Mengajar dan Mengajarkan Kepedulian
- Budaya Membaca Teks Ilmiah
- JUAL BELI TANAH TAMPA SERTIFIKAT
- PARADIGMA PEMBELAJARAN K - 13
- Merantau
- Wisuda : Transformasi Dimensi Ritualistik ke Demensi Kompetensi
- Kritik Atas Politik Misogini
- Prosedur Mengurus Sertifikat Tanah
- Evolusi Ekologi Kota Ende
- Tindak Penipuan Melalui Komputerisasi
- Pariwisata Alternatif di Kabupaten Ende
- kUASA kATA
- Bahasa Dan Sastra Sebagai Jatidiri Bangsa
- Kritik Sastra Indonesia Dalam Dua Arus
- Penyimpangan Fungsi Trotoar
- Betonisasi di Tempat Wisata:Masalah Atau Solusi
- Memoria Opus Magnum Etnolog Verheijen
- Minat Membaca Dan Menulis Mahasiswa Uniflor
- Wisata Pangan Lokal
- Pilkada Ende: Menuju Bonum Commune
- Unsur Manajemen Dalam Visi dan Misi Paslon Pilkada
- Pilkada dan Olahraga
- Membangun Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa